Nabi Muhammad saw adalah contoh terbaik dalam bersyukur
Bukan hal yang baru bagi yang
mulia, Khalifah umat Islam saat ini
yakni Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba, senantiasa mengingatkan kepada semua
umat Islam agar selalu mengamalkan sunah-sunah Rasulullah saw, salah satunya
adalah bersyukur dalam berbagai aspek kehidupan. Beliau atba bersabda:
“Di
dalam diri Rasulullah saw. terkumpul semua akhlak yang tentangnya fikiran
manusia dapat lingkupi, dan di dalam dzat beliau saw, terkumpul semua akhlak
yang pantulannya nampak atau dapat nampak dalam diri hamba-hamba pilihan Allah
dan pada diri para nabi Allah. Dari antara semua itu satu akhlak adalah
bersyukur atau berterima kasih. Di dalam
Al-Quran berkenaan dengan Hadhrat Ibrahim Allah berfirman: -
syaakiral-lian'umih -"yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah". (An-Nahl
122). Dan berkenaan dengan Hadhrat Nuh as., Dia berfirman:
innahu
kaana 'abdaan syakura - "sesungguhnya dia adalah hamba [Allah] yang banyak
bersyukur". (Bani Israil 4).
Sama
sekali bukanlah maksudnya bahwa legimitasi (pengakuan dari Allah itu hanya
diraih oleh dua nabi itu semata dan tidak dapat ditandingi oleh siapapun.
Berkenaan dengan Rasulullah saw. disebutkan bahwa di dalam diri beliau saw.
telah dikumpulkan semua kebaikan para nabi, bahkan beliau adalah, -
afdhalur-rusul (Rasul termulia), yakni lebih mulia dari semua Rasul.
Semua
keindahan, semua akhlak mulia bagaimanapun itu, jika ingin melihat puncak
tertinggi maka lihatlah pribadi Rasulullah saw.. Berkenaan dengan beliau Dia
berfirman: - walakir-rasuulallaahi wa khaatamannabiyyiin - "tetapi dia
adalah Rasulullah dan semulia-mulia nabi". (Al-Ahzab 41). Kedudukan beliau
di sisi Allah paling dekat dari semua [para nabi]. Semua standar akhlak yang
tinggi dan sifat-sifat yang mulia yang didapatkan di dalam diri para nabi, atau
yang akan didapatkan di dalam diri para nabi yang akan datang, titik puncak
semuanya itu telah sempurna dalam diri beliau saw. - seolah-olah kepada
semuanya beliau saw. telah membubuhkan contoh-contoh beliau. Dan kini, inilah
(beliaulah) contoh-contoh itu yang akan kekal tetap ada selama dunia ada. Jadi
ini merupakan legitimasi atau pengukuhan yang paling besar yang Allah telah
berikan kepada beliau saw.. Sebagaimana sebelumnya telah saya sebutkan, yakni
akhlak atau budi pekerti bersyukur atau mengetahui bagaimana bersyukur kepada
Allah Swt."
Menjadi manusia yang paling bersyukur
Rasulullah saw. setiap
saat, setiap detik, senantiasa dalam pencaharian (mencari) bahwa bagaimana agar
dapat melakukan ungkapan rasa terimakasih (syukur) kepada Allah. Tidak ada
peluang yang beliau biarkan berlalu dimana beliau tidak berdoa dengan penuh
gejolak rasa syukur di hadapan Allah. Setiap saat, inilah senantiasa upaya
beliau yaitu supaya beliau menjadi hamba yang paling bersyukur (berterima
kasih) kepada Allah, dan untuk itu setiap saat beliau senantiasa berdoa.
Sebagaimana tertera dalam sebuah riwayat yang
'Abdullah bin Abbas ra. riwayatkan bahwa Rasulullah saw. senantiasa berdoa: - Allaahummaj'alnii laka syaakiraw-wa laka
dzaakira – "wahai Allah jadikanlah aku menjadi orang yang banyak
bersyukur dan banyak berdzikir kepada Engkau". (Abu Daud kitaabush-shalat
bab maa yaquulurrajulu idzaa aslama). Tertera dalam riwayat lain dimana di
dalamnya bersama dengan doa itu ada kata-kata yang lebih. Beliau memohon ini di
hadapan Tuhan beliau: "Wahai Allah, jadikanlah saya menjadi orang yang
paling banyak bersyukur kepada Engkau, menjadi orang yang mengikuti nasihat
Engkau dan senantiasa mengingat nasihat Engkau". (Musnad Ahmad bin Hanbal
jilid 3 hlm. 250 Edisi Beirut).
Bersyukur dalam tetesan air hujan pertama
Untuk selanjutnya saya akan sajikan
contoh-contoh yang dari itu akan dapat diketahui sampai dimana ungkapan rasa
syukur beliau kepada Allah. Bagaimana setiap saat setiap detik senantiasa dalam
mencari celah bagaimana menyatakan gejolak rasa syukur, tetapi kendati demikian
terdapat rasa khawatir yang beliau utarakan dalam bentuk doa ialah "supaya
saya senantiasa menjadi orang yang bersyukur". Beliau dalam setiap hal,
kendati itu sampai yang sekecilnya sekalipun, andaikata sampai faedahnya kepada
diri beliau, atau telah sampai faedahnya kepada beliau maka beliau menyatakan
rasa syukur kepada Zat Allah. Kemudian tidak ada lagi dipersoalkan mengenai
nikmat-nikmat Allah yang berlalu tanpa beliau mengucapkan rasa terima kasih
(rasa syukur). Sebagaimana tertera dalam sebuah riwayat bahwa apabila datang
(turun) hujan yang pertama maka beliau bersyukur kepada Allah. Berkaitan dengan
ini Hadhrat Anas bin Malik ra. meriwayatkan bahwa: Pada suatu ketika kami
bersama Hudhur saw.. Maka begitu untuk merasakan air hujan pertama yang turun
beliau membuka kain penutup kepala beliau dan mengambil air hujan itu tanpa
tutup kepala. Pada saat ditanyakan maka beliau menjawab bahwa, "Ini
baru-baru datang dari Tuhan-Ku". (Musnad Ahmad bin Hanbal jilid 3 hlm. 267
Edisi Beirut). Tertera dalam riwayat lain bahwa apabila tetesan hujan pertama
turun maka beliau menyambutnya dengan menjulurkan lidah beliau, bahwa "ini
adalah nikmat Allah dan inilah cara untuk pengungkapan rasa syukur atau terima kasih
atas turunnya" yaitu beliau langsung merasakannya. (Tanggal 22 Shaffar
1426 HQ (1 Shahadat 1384 HS/April 2005 M) di Masjid Baitul-Futuh, Morden,
London, Inggris)
Mudah-mudahan kita
sebagai umat Nabi Muhammad saw,
senantiasa mengamalkan apa yang iingatkan oleh Khalifah Islam saat ini, bahwa
mulailah bersyukur dari hal yang terkecil dalam kehidupan kita. Amiin.
Rasulullah saw. senantiasa berdoa: -Allaahummaj'alnii laka syaakira-wa laka dzaakira –
"wahai Allah jadikanlah aku menjadi orang yang banyak bersyukur dan banyak berdzikir kepada Engkau".
(Abu Daud kitaabush-shalat bab maa yaquulurrajulu idzaa aslama).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar